zmedia

5 Rahasia Tersembunyi Kekaisaran Romawi Suci yang Jatuh karena Napoleon Bonaparte!

Sejarah Eropa tak bisa dilepaskan dari dampak kekaisaran Romawi. Walaupun Roma bagian barat sudah jatuh pada tahun 476 dan digantikan oleh berbagai kerajaan Germanik, jejak-jejak peradaban Romawi masih bertahan dalam wujud yang dikenal sebagai Kekaisaran Romawi Suci.

Dikutip dari Britannica Pendirian Kekaisaran Romawi Suci dimulai ketika Paus Leo III memberikan gelar "Kaisar Romawi" kepada Charlemagne, yang saat itu memimpin Kerajaan Franka pada tahun 800. Walaupun begitu, kekaisaran ini hanya resmi menjadi suatu kesatuan kerajaan setelah lebih dari satu abad semenjak kematian Charlemagne.

Kekaisaran Romawi Suci memiliki peran vital dalam membentuk sejarah Eropa serta kemajuan agama Kristen. Mari kita intip beberapa informasi menarik tentang petualangan Kekaisaran Romawi Suci!

1. Ibu kota Kekaisaran Romawi Suci dipindahkan dari Kerajaan Franka ke Kerajaan Jerman

Setelah kematian Charlemagne, Kerajaan Franka dibagi menjadi tiga bagian yakni Kerajaan Franka Barat, Kerajaan Franka Tengah, serta Kerajaan Franka Timur. Kemudian, Kerajaan Franka Timur berkembang menjadi Kerajaan Jerman sedangkan gelar "Kaisar Romawi" diperuntukkan bagi pemimpin Kerajaan Franka Tengah.

Namun, selama perkembangannya, Kerajaan Franka Tengah menghadapi ketidaktegasan politik dan berakibat pada terjadinya kekosongan jabatan "Kaisar Romawi". Dalam kondisi yang tidak pasti tersebut, Otto I, sang raja dari kerajaan Jerman, tiba bersama tentarnya guna membantu memulihkan stabilitas di beberapa bagian wilayah Franka Tengah.

Berkat pengabdiannya itu, Otto I menerima gelar "Kaisar Romawi Suci" dari sang Paus dan hal ini juga menunjukkan pemindahan fokus pemerintahan Romawi Suci menuju Kerajaan Jerman. Banyak pakar sejarah menganggap bahwa insiden pada tahun 962 Masehi ini merupakan permulaan pembentukan Kekaisaran Romawi Suci, seperti yang dilaporkan. World History Encyclopedia.

2. Kekaisaran Romawi Suci sempat berselisih dengan Paus

Pada tahun 1024 Masehi, Kekaisaran Romawi Suci berada di bawah kekuasaan Dinasti Sali. Raja yang berasal dari dinasti ini, yaitu Henry IV, sempat menghadapi perselisihan dengan Paus Gregory VII.

Perselisihan itu dimulai ketika Paus memutuskan memiliki wewenang penuh dalam mencopot dan melantik uskup serta pemimpin monastik. Raja Henry IV, yang enggan menerima tingginya kedaulatan Gereja atas Negara, kemudian menyatakan penolakannya terhadap putusan tersebut.

Paus Gregorius VII menanggapi perbuatan Henry IV dengan mencabut kewarganananya dan akhirnya kehilangan dukungan dari para penganut setianya. Walaupun Henry IV telah mohon ampun kepada Paus, perselisihan masih terus berlangsung hingga menyebabkan Paus Gregorius VII wafat saat dalam masa buangan.

Setelah perang panjang, pada tahun 1122, tercipta kesepakatan di antara Paus Calixtus II dan Kaisar Henry V yang dikenal sebagai Koncordat of Worms. Perjanjian ini membagi wewenang kekuasaan antara gereja dan kerajaan berkaitan dengan penunjukan uskapun dan kepala biara, sebagaimana dirujuk dari sumber tersebut. Britannica .

3. Politik dalam Kekaisaran Romawi Suci tetap berubah-ubah seiring waktu.

Mulai dari masa kekuasaan Otto I sampai dengan Dinasti Salian, Kekaisaran Romawi Suci mengikuti sistem sentralisasi. Pemerintahan tersebut terus berlangsung selama masa Dinasti Staufen yang bermula tahun 1155 Maseki.

Kekaisaran Romawi Suci mengembangkan wilayahnya saat pemerintahan dinasti Staufen, mencakup area dari selatan Denmark sampai kepulauan Sicily. Friedrich Barbarosa, raja pertama dari dinasti tersebut, terkenal dengan perannya dalam Perang Salib Kedua dan Ketiga.

Setelah periode Kesultanan Staufen usai, ide-ide tentang sentralisasi dan arsitektur feodal bangsawan perlahan-lahan beralih kearah dekonsentrasi serta munculnya kelompok baru. burgher Atau kelompok menengah yang terdiri dari para pebisnis. Walaupun demikian, kaisar masih ditentukan melalui Kolese Imperia yang diisi oleh sejumlah uskup serta pemimpin daerah.

Kehadiran kelompok burgher menyebabkan ekonomi beberapa daerah pesisir seperti Genoa, Venesia, dan Pisa berkembang pesat. Secara bertahap, wilayah-wilayah ini mulai melepaskan diri dari Kekaisaran Romawi Suci.

Para pemimpin Gereja Roma berpindah tangan antar keluarga kerajaan yang satu ke keluarga lainnya secara kontinyu. Pada tahun 1415 Masehi, Keluarga Habsburg dari Austria mengambil alih kendali atas Kekaisaran Romawi Suci dan mempertahankan kedudukannya hingga rezim ini runtuh, sesuai dengan sumber tersebut. World History Encyclopedia.

4. Reformasi Protestan hampir menyebabkan Kekaisaran Romawi Suci runtuh.

Di tahun 1517, seorang biarawan dari Jerman bernama Martin Luther, yang berasal dari Wittenberg, merilis karyanya yang terkenal sebagai 95 Theses. Karya ini mencakup argumentasi Luther tentang praktek indulgensi atau penebusan dosa yang umumnya ada dalam struktur Gereja Katolik.

Sebelum kedatangan Martin Luther, memang telah terdapat beberapa figur yang mengecam masalah korupsi dalam gereja. Namun, tak satupun dari mereka yang mencabar aspek doktrinal teologi layaknya apa yang diperbuat oleh Martin Luther.

Dikutip dari World Atlas , Luther menolak praktik penebusan dosa dan berpendapat bahwa hubungan antara manusia dengan Tuhan bersifat personal. Menurutnya, Pastor atau bahkan Paus sekalipun tidak bisa bertindak sebagai "jembatan" dalam hubungan manusia dan Tuhan.

Apa yang diyakini oleh Luther dengan cepat menyebar ke berbagai tempat di Eropa. Memasuki pertengahan abad 16, wilayah Eropa Barat, Utara dan Timur mulai didominasi paham Lutheranisme.

Perbedaan dalam keyakinan agama itu secara bertahap mulai mempengaruhi ketentraman politik di Kekaisaran Romawi Suci. Perang selama 30 tahun yang mencakup beragam kelompok di Eropa muncul sebagai hasil dari perselisihan antara Katolik dan Protestan.

Perjanjian Westphalia menandai berakhirnya Perang Tiga Puluh Tahun serta Reformasi Protestan. Meski Kekaisaran Romawi Suci masih dikuasai oleh Keluarga Habsburg, area pengaruhnya kini terbatas pada Austria, Hungaria, dan Bohemia, sesuai dengan kutipan tersebut. World History Encyclopedia .

5. Penutupan Kekaisaran Romawi Suci tergantung pada Prussia dan Napoleon Bonaparte

Prusia, atau disebut juga Borussia dalam bahasa Latin, adalah suatu daerah di Jerman yang kini lebih dikenal sebagai Brandenburg. Daerah ini awalnya merupakan salah satu negeri di Kekaisaran Romawi Suci dan baru mulai bertransformasi menjadi kerajaan pada tahun 1701 Masehi ketika penguasanya, Elector Frederick III, merombak status Prusia menjadikannya Kerajaan Prusia. Dengan demikian, Elector Frederick III sendiri berganti gelar menjadi Raja Frederick I.

Dikutip dari New World Encyclopedia Pada tahun 1740, seorang ahli waris dari Frederick I bernama Frederick II mengarahkan pasukannya menuju wilayah Silesia, sebuah area sentral bagi ekonomi dinasti Habsburg. Ketika Prussia berhasil merebut kendali atas Silesia, hal ini menciptakan tantangan lebih lanjut bagi kekaisaran Romawi Suci.

belum punya kesempatan untuk pulih dari serangan Kerajaan Prussia, Kekaisiran Romawi Suci yang berada di bawah kepemimpinan Francis II, harus bersiap lagi menghadapi peperangan pada tahun 1805 Masehi. Tentara yang diperintahkan oleh Napoleon Bonaparte menyerbu ibu kota Kekaisiran Romawi Suci dan dengan demikian mendesak kehancurannya secara formal pada tahun 1806, seperti dilansir dari sumber tersebut. World Atlas.

Selama periode seribu tahun, Kekaisaran Romawi Suci berhasil menggabungkan berbagai negara di Eropa sebagai bagian dari sebuah agama, yakni Kristen. Seperti dikutip dari World Atlas, runtuhnya Romawi Suci sudah tampak jelas saat kelompok-kelompok nasionalis mulai muncul. Napoleon Bonaparte sudah memulai aktivitasnya pada masa 1800-an.

Post a Comment for "5 Rahasia Tersembunyi Kekaisaran Romawi Suci yang Jatuh karena Napoleon Bonaparte!"