
Gubernur Bali Wayan Koster berharap para petugas Dinas Peternakan mengambil pelajaran dari Israel dalam menggunakan teknologi untuk meningkatkan hasil panen di pulau dewata ini.
Satu contohnya adalah pengembangan teknologi untuk mengubah area tanah kering menjadi lahan bercocok tanam.
"Banyak metode saat ini telah sangat sukses, bukan hanya pertanian konvensional tetapi juga pertanian berbasis teknologi. Jika memerlukan ilmu, bisa belajar dari Israel yang luar biasa," ungkap Koster pada acara Musrenbang di Kantor Gubernur Bali, Selasa (15/4).
Meskipun Pemerintah Provinsi Bali tetap dapat mencukupi permintaan pangan bagi 4,4 juta orang yang tinggal di sana, Gubernur Koster mengkritik penurunan laju pertumbuhan sektor pertanian di pulau tersebut selama lima tahun terakhir. Surplus beras di Bali meningkat dari 100 ton pada tahun 2018 hingga diperkirakan akan mencapai 53 ribu ton menjelang akhir tahun 2024.

Koster kian khawatir karena Bali tengah dilanda permasalahan terkait penggunaan lahan yang tidak sesuai. Perlu dicatat bahwa pemerintah Bali sedang merancang regulasi mengenai hal tersebut.
"Bila hal ini tak dikelola dengan tepat, kita mungkin akan menghadapi masalah kebutuhan pangan di Bali lantaran area persawahan semakin menyusut. Setiap tahun ribuan hektar tanah subur hilang akibat peningkatan ekploitasi lahan untuk membangun infrastruktur wisata serta fasilitas lainnya," ujarnya.
Bali memiliki risiko kebergantungan pada impor pangan jika tidak dapat memperbaiki produktivitas tanah pertanian. Dia menegaskan bahwa situasi seperti itu sangat berisiko karena negara kita tetap dihantu oleh para pelaku ilegal dalam bisnis impor.
"Sejak lama berada di Badan Anggaran DPR, saya mengetahui cara kerjanya tersebut. Oleh karena itu sangatlah sulit. Bila jaringan ilegal impor di Indonesia masih tak terkendalikan, kita akan terus menerus menghadapi permasalahan pangan," ucapnya.
Post a Comment for "Koster Inginkan Bali Mencontoh Teknologi Pertanian Israel"