
BeritaQ.com , Jakarta - Selama beberapa dasawarsa terakhir, drone tempur Sudah menjadi salah satu inovasi terpenting di bidang militer. Pesawat tak berawak khususnya yang dikenal sebagai drone perang, merupakan jenis pesawat tanpa awak (UAV) yang dibuat untuk menjalankan sejumlah misi militer termasuk mengumpulkan informasi inteligen, memantau situasi, melakukan penyelidikan, dan menyerang sasarannya.
Dirangkum dari p2k.stekom.ac.id Drone ini diperlengkap dengan persenjataan seperti rudal, bom, atau peluncur antitank (ATGM) yang terpasang di area spesifik guna memperkuat operasi penyerangan. Umumnya, drone perang dikontrol oleh operator manusia secara langsung lewat sistem jarak jauh; walaupun demikian, sebagian dari mereka memiliki derajat autonomi tertentu.
Tidak seperti drone pengintaian yang dikembangkan terutama untuk pemantauan, drone tempur diciptakan secara spesifik untuk melaksanakan serangan serta mendapatkan informasi inteligen dari area konflik. Sebab tidak ada awak manusia didalamnya, drone ini tak perlu dilengkapi dengan fitur-fitur semacam kokpit ataupun sistem dukungan hidup. Ini menjadikan ukuran mereka lebih compact dan massa tubuhnya menjadi jauh lebih ringan daripada pesawat bertugas orang.
Pada saat ini, berbagai negara sudah memiliki dan menggunakan drone tempur yang diproduksi secara lokal atau tengah mengerjakan pengembangan teknologinya, sementara sebagian lain lebih cenderung mendatangkan drone bertempur dari negeri asing.
Evolusi Drone Tempur
Pada awalnya, drone dimanfaatkan untuk tugas pemantauan dan intelijen. Konflik Viet Nam yang terjadi pada tahun 1970 merupakan titik balik signifikan dalam riwayat penerapan drone di zona pertempuran. Dengan bertambahnya waktu, fungsi dari alat ini mengalami peningkatan secara cepat sehingga dapat melepaskan rudal dengan akuransi tinggi, memuat bom bermasalah, serta mendukung berbagai jenis operasi militer lainnya.
Seiring dengan Perang Dunia II, ketertarikan pada pembuatan alat penerbangan tanpa awak naik drastis karena dampak merusak dari pesawat mata-mata. Walaupun teknologi drone sudah berkembang sepanjang beberapa dekade, pemakaian praktisnya sebagai sarana pengintaian hanya dimulai tahun 1973, yaitu sewaktu peristiwa Perang Vietnam berjalan.
Pada zaman kontemporer, drone militer atau disingkat UAV sudah jadi perlengkapan yang amat populer di arena peperangan. Fitur unggul dari peranti ini terletak pada kapabilitasnya melakukan tugas-tugas tanpa mesti memposisikan tenaga manusia di garda paling maju. Apabila drone tersebut rusak ataupun malah musnah, tak akan timbul ancaman hilang jiwa sebab tidak adanya pilot didalamnya. Ini membuat drone berubah menjadi opsi yang fleksibel serta hemat biaya bagi operasi militer saat ini. Sekarang, banyak negeri telah menciptakan teknologi drone militer dan menyematkan fitur-fiturnya kedalam aset tempur intinya.
Kategori Drone Tempur
Drone tempur memiliki berbagai kategori berdasarkan fungsi dan spesifikasinya. Drone pengintai adalah teknologi yang dirancang untuk mengumpulkan data intelijen dengan kemampuan pengawasan jarak jauh.
Pesawat tanpa awak militer berteknologi pengintai semacam RQ-4 Global Hawk dipergunakan oleh Amerika Serikat guna mengumpulkan informasi intelijen, pemantauan, dan kajian spasial (ISR). Teknologi ini membantu koalisi tentara dalam berbagai situasi, mulai dari tugas perdamaian hingga skenario siaga tinggi atau konflik bersenjata di penjuru dunia.
Di samping drone tempur mata-mata, perkembangan pesawat tanpa awak tempur di bidang militer pun telah dipersenjatai dengan berbagai jenis senjata. Penyebutan ini dikutip dari stekom.ac.id Perusahaan Duke Robotics asal Amerika Serikat sudah menciptakan beberapa tipe dron militer yang dipersenjatai dengan teknologi tinggi.
Drones ini dapat diberi persenjataan seperti senapan ASR/25, M321A, dan M4, yang dibuat khusus untuk pertarungan jarak dekat. Mengingat orientasinya terhadap interaksi fisik langsung, drones ini disematkan dengan peralatan taktikal yang membuat mereka mampu bekerja dengan baik dalam kondisi semacam itu. Drone jenis ini umumnya menggunakan konfigurasi sirip karena rancangan tersebut lebih sesuai untuk gerakan di ruang terbatas.
Akan tetapi, apabila pertarungan dijalankan pada posisi jauh, tipe drone yang dipergunakan pun menjadi tidak sama. Drone bertipe sayap statis atau fixed-wing, yang memiliki desain mirip seperti pesawat nirawak mini, cenderung lebih sesuai untuk operasi jarak jauh.
Drone tempur ini dapat membawa senjata seperti peluru kendali dan bom. Keunggulan utama drone sayap tetap adalah kemampuannya terbang di ketinggian tinggi dan dioperasikan dari jarak jauh, sehingga sulit dideteksi oleh musuh kecuali menggunakan radar.
Indonesia juga mempunyai drone berjenis sayap tetap yang dikenal sebagai Elang Hitam, dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia. Jenis drone ini masuk ke dalam kelompok Medium Altitude Long Endurance (MALE) dan sudah meraih sertifikat dari Badan Keahlian Udara Militer Indonesia (BKUMI). Desain Elang Hitam ditujukan untuk misi-misi pertahanan laut, meliputi pemonitoran, pengawasan, pencarian informasi, pengumpulan data inteligen (P4I), serta upaya menekan ancaman di lautan. Selain itu, drone tersebut bisa dipersenjatai dengan perlengkapan khusus guna membantu operasi militer.
Gerin Rio Pranata bersumbang dalam penyusunan artikel ini.
Post a Comment for "Menjelajahi Dunia Drone Tempur: Dari Awal Hingga Varian Terkini"