zmedia

5 Fakta Unik Pulau Hashima: Kemiripan dengan Kapal Perang yang Mengagumkan di Jepang

Hashima Island merupakan sebuah pulau tanpa penduduk yang berada diPrefektur Nagasaki, Jepang. Dengan luas mencapai 6,3 hektare, pulau ini jaraknya kira-kira 15 kilometer dari Kota Nagasaki. Memiliki keliling pesisir sebesar 1,2 kilometer serta dibatasi oleh benteng beton dengan tinggi 12 meter mengelilinginya.

Pulau Hashima kelihatan mirip dengan sebuah benteng laut yang besar di dasar lautan. Tak mengherankan jika julukan untuk tempat ini adalah Gunkanjima Atau "Pulau Kapal Perang" sebab bentuknya mirip dengan kapal perang. Struktur besar dan mewah yang kini ditinggalkan di dalamnya menjadi bukti sunyi kemegahan industri Jepang pada zaman dahulu.

Pulau Hashima sudah tidak dihuni oleh warganya untuk waktu yang cukup lama. Kompleks apartemen tingkat banyak, sekolah, rumah sakit, serta teater tua menggambarkan gambaran serupa dengan sebuah kota hantu. Selain itu, tempat ini juga memiliki cerita terkait niat industrial dan masa gelap dari derita manusia. Berikut adalah lima informasi unik tentang hal tersebut.

1. Lokasi utama penggalian bijih arang di dasar lautan

Pulau ini dahulu adalah sentra utama pertambangan batubara underwater yang signifikan di Jepang. Berdasarkan laporan dari The Heritage of Gunkanjima Batubara pertama kali ditemukan di pulau tersebut kira-kira pada tahun 1810. Pada tahun 1890, Mitsubishi mengakuisisi pulau itu dan menjadikannya sebagai lokasi untuk pusat penambangan batu bara underwater yang pertama kalinya di seluruh dunia.

Mitsubishi pun merancang gedung apartemen berbahan beton pertama di Jepang tahun 1916 guna memberi perlindungan kepada para pekerjanya saat menghadapi badai. Struktur tersebut mencerminkan era modernisasi, termasuk fasilitas seperti sekolah, area hijau, serta sistem kelistrikan. Selain itu, pulau ini menyediakan batubara yang sangat membantu dalam proses industrialisasi Jepang seiring terjadinya Perang Dunia II.

2. Mempunyai jumlah penduduk terbanyak di planet bumi ini.

Pulau Hashima sempat menjadi lokasi dengan jumlah penduduk terpadat di planet bumi. Di tahun 1959, Pulau Hashima ditempati oleh sekitar 5.259 orang dalam wilayah yang luasnya hanya enam kom persegi tiga. Kepadatan populasi pada waktu tersebut mencapai angka fantastis yaitu hingga delapan puluh ribu tiga ratus warga per kilometer persegi, menjadikannya sembilan kali lipat lebih sesak dibandingkan kota Tokyo masa itu.

Dilansir dari CNN Fasilitas seperti kolam renang, klub malam, serta supermarket tersedia, namun kenyataan hidup disana sangat berbeda. Warga menempati hunian apartemen yang sempit dan kurang memiliki ruang pribadi, menghadapi koridor gelap dengan sistem sirkulasi udara yang buruk. Gangguan listrik kerapkali terjadi, pasokan air bersih juga tak stabil, ditambah lagi suara gemerombolannya mesin penambangan bisa didengar sepanjang waktu dalam satu hari 24 jam.

3. Lokasi pekerjaan paksa saat Perang Dunia Kedua

Tersembunyi di balik keagungan industri, Hashima terkandung sebuah tragedi manusia. Mulai dari dekade 1930 sampai berakhirnya Perang Dunia Kedua, para penduduk sipil Korea serta tawanan perang China ditempatkan dalam program wajib militer. Di saat yang sama, lebih kurang 1.300 buruh paksa dari Korea dan China dilepaskan untuk mengerjakan pekerjaan ekstrim di tambang bawah air.

Dilansir dari The Guardian , para pekerja mengalami kekurangan gizi, penyiksaan, dan jam kerja ekstrem. Banyak yang tewas akibat longsor, penyakit, atau bunuh diri. Tragedi ini kemudian menjadi inspirasi dalam pembuatan film The Battleship Island (2017). Film ini menceritakan kisah empat pekerja Korea yang berusaha keluar dari Hashima.

4. Sudah tidak terpakai sejak tahun 1974

Saat minyak bumi mengambil alih dari batubara pada dekade 1960, berbagai tambang batubara di tanah air mulai tutup pintunya termasuk juga Hashima. Akibatnya, pulau tersebut secara bertahap kehilangan penghuninya. Berdasarkan laporan, The Heritage of Gunkanjima , Mitsubishi menghentikan operasi pertambangan di bulan Januari 1974, sehingga pulau itu menjadi lengah sepenuhnya pada April 1974.

Setelah itu, gedung-gedung yang terbengkalai mulai menua. Topan dan ombak lautan cepat merusaknya. Struktur bangunan berlumut dan roboh membuat atmosfer menjadi mencekam. Karena hal tersebut, pulau ini dijuluki sebagai pulau hantu.

5. Dikenal sebagai Warisan Dunia UNESCO

Pulau Hashima sudah menjadi bagian dari kota Nagasaki sejak penyatuan dengan mantan kota Takashima di tahun 2005. Tiga dekade setelah penutupannya pada 2009, otoritas memperkenalkan wisata yang dibatasi ke tempat tersebut; namun demikian, 95 persen wilayahnya masih tertutup untuk umum akibat bahaya keruntuhan.

Tahun 2015, UNESCO mencantumkan Hashima sebagai Situs Warisan Dunia berdasarkan signifikansi historis Revolusi Industri Meiji. Akan tetapi, hal tersebut kemudian mendapat penentangan dari Korea Selatan serta Tiongkok yang merasa bahwa aspek pekerjaan paksa tidak dipertimbangkan secara cukup. Sebagai tanggapan, pihak Jepang sepakat untuk melampirkan cerita para korban di dalam bahan informasi wisatawan.

Berikut lima informasi seru tentang Pulau Hashima. Saat ini, Hashima telah menjadi tujuan favorit untuk para penggemar sejarah, teka-teki, serta fotografi. Dibalik sisa-sisa bangunan konkritnya, pulau tersebut membawa pesan akan biaya dari kemajuan yang belum tentu bersifat kemanusiaan.

Post a Comment for "5 Fakta Unik Pulau Hashima: Kemiripan dengan Kapal Perang yang Mengagumkan di Jepang"