BeritaQ.com Cinta merupakan suatu ide yang sering kali diekspresikan melalui sajak dalam kehidupan manusia, termasuk bagi seorang penyair seperti Chairil Anwar.
Cinta dalam karya sastra Chairil Anwar kerap kali diportret dengan kekuatan besar, dipenuhi goncangan, serta tak terkanggu oleh batasan-batasan.
Perasaan yang dialami mungkin mencakup rasa kangen yang kuat, ketidaknyamanan mental, atau bahkan putus asa.
Chairil Anwar tak segan mengunakan istilah-istilah langsung dan berani untuk mengekspresikan emosinya.
Ini bisa dijumpai dalam karyanya yang bertajuk "Tuti Artic".
Puisi ini menangkap suatu detik kerohaan serta pemikiran sedih mengenai kasih sayang, zaman, dan transformasi, diiringi dengan setting senja yang biasa-biasa saja tetapi kaya akan arti.
Puisi itu memikirkan sekejap kegembiraan yang bertolak belakang dengan keragu-raguan tentang masa depan, serta bersifat sementara pada kasih sayang dan hidup.
Berikut adalah konten serta arti dari puisi "Tuti Artic":
Isi Puisi “Tuti Artic”
Di antara kebahagiaan saat ini dan masa depan yang terpisah oleh jurang lebar,
Adikku yang sedang menikmati es Arctic dengan mengisapnya;
Dalam senja hari ini, kamu menjadi cinta ku yang terhias susu dan cocacola.
Kekasihku dalam latihan: mari kita menghentikan perputaran jarum jam.
Kamu sangat mahir dalam mencium, meninggalkan jejak yang terasa di sana-sini.
— ketika kita bersepeda kuantar kau pulang —
Suhu tubuhmu meninggi, cepatlah kamu menjadi gadis,
Mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang.
Setiap harinya pilihanmu menantang, setiap kesempatan berubah;
Esok hari kita akan berpisah jalur, tak mengenalinya:
Sorga hanya permainan sebentar.
Saya pun sama denganmu, segalanya cepat hilang.
Saya dan Tuti + Greet + Amoi... hati terlantar,
Cinta merupakan ancaman yang cepat memudar.
Makna Puisi “Tuti Artic”
Puisi ini merupakan pemikiran mendalam mengenai pesona dan ketakaburan cinta, sukacita yang muncul bersama-sama dengan kesadaran akan keterbatasan hidup, serta penyetujuan terhadap pergantian zaman dan alur waktu.
Sore hari yang tenang menjelma sebagai latar belakang untuk refleksi yang penuh kesedihan tapi masih menyimpan penghargaan terhadap saat-saat bahagia yang dijalani.
a. Kesedaran Bahagia dan Niat Mengekang Waktu
Baris awal "Di tengah kebahagiaan saat ini dan kebahagiaan yang akan datang terdapat jurang yang lebar." secara langsung menampilkan perbedaan antara rasa senang pada saat ini dengan keragu-raguan serta kemungkinan adanya kesedaran di hari mendatang.
Kehadiran "jurang ternganga" mengindikasikan adanya ancaman atau jarak yang tidak bisa dielakkan.
Dalam keteredaran pikirannya ini, sang penyair menyaksikan adiknya merasakan kenikmatan dari hal-hal sederhana ("menyusu es-artik") dan itu menjadi suatu pemandangan murni mengenai kegembiraan di masa sekarang.
Selanjutnya, berpindah kepada kekasihnya ("kau cintaku"), sang penyair merangkai suasana kesetiaan yang hangat dan sederhana ("kuhiasi dengan Susu + coca cola").
Hasrat untuk menghalangi pergerakan waktu ("Istriku dalam latihan: mari kita bekerja tanpa mempedulikan jarum jam") mencerminkan nilai suatu detik bahagia pada masa kini, seperti hendak disimpan abadi dari alur waktu yang tidak bisa dicegah.
b. Ciri-ciri Hubungan singkat yang Intim serta Impian yang Berulang
Mengingat kedekatan fisik ("Kamu sangat ahli dalam mencium, bekasnya masih bisa dirasakan") dikaitkan dengan saat-saat biasa tapi penuh makna ("seperti ketika aku mengantarmu pulang naik sepeda").
"Goresan itu hanya terasa" dapat diartikan sebagai metafora dari sisa-sisa ciuman atau jejak emosi yang intens.
Transformasi pasangan barunya yang tumbuh dewasa ("Hawa nafsumu, betapa cepat engkau berubah seperti gadis remaja") menghidupkan kembali dambaan dan imajinasi dari waktu lampau ("Impian lamaku terbentuk sekali lagi meraih langit"), walaupun dia menyadarinya bahwa hal tersebut bisa saja hanyalah khayalan semu.
c. Teka-teki dalam Cinta dan Kenikmatan Sesaat
Tak terjaminnya hubungan di waktu yang akan datang ditunjukkan oleh frasa "Pilihanmu setiap harinya menerima, tiap kesempatan berganti," hal ini mengindikasikan adanya pergeseran serta ketidakteraturan emosi.
Sebaliknya, penyair meramalkan potensi pengpisahan ("Esok kita berjalan terpisah, tak tau mengenalinya"), sambil menyadarai seberapa labil sebuah ikatan bisa menjadi.
Pernyataan "Surga hanyalah sebuah permainan sesaat" menggambarkan romantisme kebahagiaan dalam cinta tetapi juga menyiratkan bahwa hal itu bersifat sementara dan bisa jadi illusori.
d. Kenangan Cinta yang Hilang dan Ancaman yang Meredup
Bagian penutup dari syair ini mengarah ke sebuah pemikiran mendalam tentang pengalaman cinta sang penyair di waktu lampau ("Saya pun sama dengannya, semuanya cepat hilang. Saya bersama Tuti, Greet, dan Amoi... jiwaku tersisihkan").
Pengucapan dari nama-nama tersebut mengindikasikan hubungan-hubungan masa lalu yang sudah usai dan sekarang ditinggalkan dengan kesedihan, sering disimbolkan sebagai "hati terlantar."
Pesan pedas dari kesimpulannya ialah "Cinta merupakan ancaman yang cepat menghilang," menunjukkan bahwa semangat serta kegembiraan dalam kasih sayang bersifat sementara dan mudah berubah seiring dengan perjalanan waktu. (MG Ni Komang Putri Sawitri Ratna Duhita)
Post a Comment for "Makna Puisi Tuti Artik karya Chairil Anwar: Petualangan Cinta yang Sementara"