
BeritaQ.com - Terdapat saat-saat dalam kehidupan di mana kita merasa seolah-olah sedang bertahan tanpa kemajuan.
Sudah semua upaya dikerahkan dan beragam strategi dirancang secara cermat, namun hasil yang dinantikan belum juga muncul.
Sebagian orang menyaksikan sesama mereka naik ke puncak sukses, mencapai mimpi-mimpi mereka secara bertahap, sedangkan kita seolah-olah tertahan di dalam sebuah siklus tanpa akhir.
Keadaan tersebut mungkin tak hanya disebabkan oleh nasib belaka, tetapi juga akibat dari berbagai kebiasaan sepele yang tanpa kita sadari sudah menghalangi kemajuan kita.
Menariknya, psikologi kontemporer mengungkapkan bahwa kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh talenta atau nasib baik, namun juga dipengaruhi oleh cara berpikir, attitude, serta rutinitas harian seseorang.
Pada perjalanannya, sangat krusial bagi kita untuk mengetahui sifat-sifat individu yang biasanya tertekan oleh kehidupan sehingga dapat mencegah hal tersebut dan beralih ke arah transformasi positif.
Menurut laporan dari DMNews, berikut ini adalah delapan karakteristik yang sering ditemui pada individu yang mengalami kesulitan dalam meraih keberhasilan.
1. Takut Mengambil Risiko
Orang-orang yang belum berhasil cenderung menghabiskan waktu mereka di takut akan gagal.
Mereka cenderung mengambil jalan yang aman, teruji, dan menyenangkan dibandingkan dengan bergerak ke area yang masih tidak pasti.
Lebih baik mereka memilih untuk menantikan peluang dibandingkan mengambil tindakan sendiri. Sebenarnya, perkembangan baru akan muncul saat individu tersebut bersedia meninggalkan kenyamanan zonanya.
Rasanya takut ini biasanya bermula dari kenangan tidak menyenangkan di waktu lampau, atau dari gambaran kekalahan yang terus diperbesar dalam benak seseorang.
Mereka lupa bahwa setiap orang sukses pernah gagal, bahkan berkali-kali.
Namun, mereka tidak berhenti di kegagalan itu. Justru dari situlah mereka belajar dan tumbuh.
Kehidupan yang selalu mencari kenyamanan cenderung stagnan. Sementara mereka yang berani mengambil risiko, meskipun takut, memiliki peluang lebih besar untuk menemukan peluang-peluang baru yang bisa mengubah hidup secara drastis.
2. Kurangnya Disiplin Diri
Motivasi mungkin bisa memulai sesuatu, tetapi hanya disiplin yang bisa menyelesaikannya.
Tanpa disiplin, seseorang cenderung mengikuti mood. Hari ini semangat, besok menyerah.
Model semacam itu mengakibatkan target besar sulit dicapai karena tidak adanya tindakan kecil dan konsistennya menuju sana.
Orang-orang yang belum berhasil cenderung membuang-buang waktu untuk urusan kurang berarti.
Mereka cenderung sering memundahkan tugas, lari dari kewajiban, serta dengan gampang terdorong untuk istirahat sebelum melakukan usaha ekstra.
Orang yang berhasil justru menyadari bahwa kesuksesan merupakan hasil dari penumpukan kebiasaan-kebiasaan kecil yang dijalani setiap harinya, walaupun kadang terasa monoton.
Mereka tak mengandalkan perasaan ingin melakukan pekerjaan. Justru dengan disiplin diri, mereka melanjutkan aktivitasnya sebab memahami bahwa itu merupakan janji pada dirinya masing-masing di waktu yang akan dating.
3. Pola Pikir Negatif
Kita dapat menganggap pemikiran sebagai landasan dari perilaku kita. Apabila cara berpikirmu senantiasa negatif, maka kebanyakan tindakanmu akan condong pada sisi merusak atau malah tidak proaktif.
Banyak orang yang kesulitan mencapai keberhasilan kerapkali terperosok dalam pemikiran bahwa hidup itu keras, dunia tak selalu adil, serta diri mereka kurang mampu untuk meraih sukses.
Mereka melihat semua hal dengan sikap pesimistis. Mereka menganggap peluang seolah-olah perangkap, menyambar tantangan seperti menanggung beban, dan mentafsirkan masukan dari pihak lain sebagai bentuk kritik.
Mereka tanpa sadar menciptakan dinding di sekeliling dirinya sendiri yang menghambat semua kemungkinan.
Di sisi lain, individu dengan pola pikiran positif lebih mungkin untuk bersedia menghadapi peluang baru.
Mereka mampu menangkap cahaya di tengah kegelapan, dan tetap maju walaupun kondisinya belum sempurna.
Optimisme tidak bermakna menutup mata dari kenyataan, tetapi percaya bahwa tanpa peduli apa yang terjadi, mereka akan dapat melaluinya.
4. Hidup Berdasarkan Ego yang Kuat
Orang yang terlalu didominasi oleh ego sering kali merasa dirinya sudah tahu segalanya.
Mereka kesulitan untuk memperhatikan pendapat orang lain dan lebih-lebih lagi mau mengakuinya ketika melakukan kesalahan. Sehingga hal ini membuat mereka gagal meraih banyak kesempatan penting dalam proses pembelajaran.
Di era yang senantiasa berkembang, keahlian untuk tetap menggali ilmu pengetahuan menjadi fondasi utama menuju pencapaian.
Orang yang sukses umumnya rendah hati. Mereka sadar bahwa masih banyak hal yang belum mereka tahu.
Mereka tidak malu bertanya, mendengarkan kritik, dan memperbaiki diri.
Ego yang berlebihan tidak hanya menjauhkan orang dari orang lain, tetapi juga menghalangi mereka untuk berkembang secara personal.
Mereka kelihatannya berani dari luar, tetapi sebenarnya lemah di dalam karena enggan menghadapi kenyataan yang dapat meningkatkan kehidupan mereka.
5. Resistensi terhadap Perubahan
Perubahan merupakan unsur penting dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan terus bermutasi, ilmu pengetahuan maju, dan metode tradisional mungkin menjadi ketinggalan zaman cukup dengan beberapa tahun saja.
Tetapi, orang-orang yang kesulitan mencapai keberhasilan cenderung bersikeras. Mereka enggan mengambil pelajaran baru, merasa puas dengan tugas harian sebelumnya, dan sangat takut untuk meninggalkan jejak yang telah dikenali.
Posisi ini menjadikan mereka terbelakang. Tidak dikarenakan ketidaktalentaan, tetapi disebabkan oleh ketidaksediaan untuk berusaha.
Sebenarnya, di era modern saat ini, kapabilitas untuk menyesuaikan diri merupakan jenis kebijaksanaan yang unik.
Orang-orang yang dapat beradaptasi dengan cepat akan senantiasa di depan dibandingkan mereka yang tetap menggunakan metode lama.
6. Terlalu Menekankan Kesempurnaan
Perfeksionisme sering kali menyamar sebagai keinginan untuk memberikan yang terbaik.
Namun kenyataannya, perfeksionisme malah menyebabkan rasa takut untuk memulai.
Mereka menghendaki waktu yang pas, situasi terbaik, serta akhiran yang memuaskan sebelum mereka bergerak.
Sayangnya, keperfectan hanyalah sebuah ilusi. Tak ada situasi yang sungguh-sungguh mencapai ketinggian tersebut.
Orang yang berhasil paham bahwa mulai dari apa yang tersedia sangatlah krusial dibandingkan harus menanti semuanya menjadi sempurna.
Lebih baik bergerak maju dengan langkah-langkah kecil namun pasti, dibandingkan tetap tertahan dalam tahap perencanaan tanpa henti.
Aksi yang kurang baik masih dapat ditingkatkan. Namun rasa takut untuk beraksi hanya akan meninggalkan penyesalan belaka.
7. Kekurangan Tujuan yang Tidak Terdefinisi dengan Baik
Ibarat kapal yang berlayar tanpa kompas, orang yang tidak memiliki tujuan akan mudah tersesat dalam hidup.
Setiap pagi mereka terbangun tanpa memahami alasan di balik pergerakan mereka.
Mereka melakukan pekerjaan, mengikuti rutinitas, dan memandang harinya, namun semua itu tampak monoton dan tidak bermakna.
Misi hidup merupakan asal usul kekuatan. Melalui misi yang terdefinisi dengan baik, tiap hambatan akan lebih ringan dilalui, sebab kita paham mengapa kita bertarung.
Orang-orang yang berhasil umumnya memiliki tujuan jangka pendek serta jangka panjang yang dapat diukur dan masuk akal.
Sebaliknya, tanpa tujuan yang jelas, seseorang lebih mungkin mengapung berdasarkan situasi sekitar mereka.
Mereka dapat sangat disibukkan, namun tanpa hasil yang berarti. Banyak kegiatan, tetapi kemajuan sedikit.
8. Penghindaran Tanggung Jawab
Orang-orang yang kesulitan mencapai keberhasilan tendensi untuk mengikuti sebuah pola yang sangat merusak: selalu menyalakan orang lain.
Bila menghadapi kegagalan, mereka justru menyalakan faktor lingkungan, ibu bapak, suami/istri, bos, pihak berwenang, hingga takdir.
Pemikiran dalam diri sering diabaikan, karena sangat sulit untuk menerima bahwa kita sendiri lah yang harusnya memikul tanggung jawab.
Sebenarnya, cukup dengan memikul seluruh beban kehidupannya sendiri, seseorang dapat mengambil alih dan mulai merombak hidupnya.
Orang yang sukses tidak mencari kambing hitam. Mereka belajar dari kesalahan, memperbaiki diri, dan terus melangkah dengan kesadaran penuh.
Kewajiban tak seharusnya diartikan sebagai bebannya, melainkan jalan menuju kedaulatan diri. Barulah saat kita mengerti kalau setiap aspek dalam hidup ini terbentuk berdasarkan keputusan masing-masing individu, maka kita dapat menciptakan masa depan sesuai harapan.
***
Post a Comment for "8 Karakteristik Orang yang Tak Akan Berkembang dan Meraih Kesuksesan, Menurut Psikologi"