BeritaQ.com, PELAIHARI - Sayur jenis gambas (luffa acutangula) tidak terlalu diminati oleh para petani. Sebabnya, hanya sedikit dari mereka yang mengembangkan tanaman ini.
Harga jual yang cenderung termasuk dalam kelompok harga rendah ini membuat sebagian besar petani ragu untuk menanamnya.
Meskipun begitu, hal tersebut tidak berlaku untuk Basuki Rahmat. Dia adalah seorang petani di Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel). Ia masih memutuskan untuk menanam sayuran yang kaya akan vitamin dan serat ini.
"Sekilas, harganya mungkin tidak terlalu menarik dibanding dengan jenis sayuran lain. Namun, ternyata ada berbagai manfaat yang dapat diraih oleh para petani yang mengusahakan tanaman ini," kata Basuki, Rabu (16/4/2025).
Manfaat yang dia sebutkan lebih difokuskan pada aspek-aspek pertanian tersebut.
Antara lain tidak memerlukan modal besar, kurang rentan terhadap serangan hama dan penyakit, pemeliharaannya sederhana, panennya mudah, serta harga yang relatif lebih stabil.
"harga terendah adalah Rp 5.000 setiap kilogram. Jika kualitasnya baik, harga bisa mencapai hingga Rp 10 ribu," jelas penduduk dari Balerejo, Kelurahan Angsau, Kecamatan Pelaihari, tersebut.
Dia mengatakan bahwa dengan ukuran kebun kurang lebih 30x40 meter yang terletak di Desa Pemalongan, Kecamatan Bajuin, dia dapat memperoleh kira-kiraRp 1,5 juta dalam satu musim penanaman. Dengan modal awal hanya Rp 750 ribu, ini berarti labanya mencapai dua kali lipat dari investasi semula.
"Hasil itu telah bersih, sudah dikurangi bagi hasil untuk mereka yang membantu dalam pengelolaan kebun," jelas sang bapak kepada kedua anaknya.
Sejak memulai penanaman sayuran di tahun 2022, pegawai swasta ini sampai saat ini masih lebih memilih untuk membudidayakan gambas. Di masa depan, dia pun berniat untuk terus mengolah tanaman tersebut lagi.
Berikut adalah detailnya: Gambas siap dipanen saat berusia 40 hari. Kemudian, pemanenan dilanjutkan setiap dua hari satu kali sampai mencapai antara 20 hingga 21 kali pemangkasan.
Basuki menyebut bahwa dia tidak pernah merasa kesulitan untuk memasarkan gambas. Setiap kali musim panen tiba, sudah ada pembeli yang siap menerima hasilnya sehingga ia tidak perlu repot-repot menjual di pasaran.
Apakah ada masalah dengan hama atau penyakit? "Sekali-kali jarang terjadi. Jika ada biasanya hanya lalat buah saja dan hal itu cukup mudah diatasi. Sangat tidak merepotkan untuk dibudidayakan," tegas pria ramah yang juga bekerja sebagai jurnalis tersebut.
(BeritaQ.com/banyu langit roynalendra nareswara)
Post a Comment for "Bertahan dan Mengembangkan Gambas, Petani di Tala Ungkap Manfaatnya"