Laporan Jurnalis dari BeritaQ.com, Putri Nurjannah Kurita
BeritaQ.com, SENTANI - Petani Sagu dari Kelompok Eba Hekhe yang berada di kampung Sereh, kabupaten Jayapura, telah menerima pelatihan tentang operasional serta pemeliharaan mesin pengolah sagu dari Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua.
Pelatihan tersebut dilaksanakan di tempat produksi kelompok petani sagu Eba Hekhe yang terletak di kampung Sereh, Sentani, distrik Sentani, kabupaten Jayapura, tepatnya pada hari Selasa tanggal 15 April 2025.
Stenly Ondi, yang merupakan ketua kelompok Eba Hekhe—yang berarti 'Kebun Sagu' dalam bahasa lokal—menyampaikan bahwa kelompok pertaniannya menerima bantuan mesin pemrosesan sagu dari Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua di tahun 2024. Pada tahun tersebut, dia bersama dengan 20 anggota lainnya diberi pelatihan untuk menggunakan mesin pengupas, mesin pengepres pati, serta mesin pembuat tepung sagu, ditambah lagi mereka juga dibangunkan sebuah gudang produksi.
Stenly mengatakan bahwa dukungan ini dapat memperkuat kemampuan para ibu serta pemuda yang telah meninggalkan pendidikan untuk menciptakan sebuah bisnis yang dapat ditingkatkan di Desa Sereh.
"Penduduk desa akan diberdayakan, dan kami merencanakan area ini menjadi destinasi wisata sagu," katanya.
Stenly menyebutkan bahwa masih ada kekurangan air meskipun pabriknya terletak di Kaki Gunung Cyclop, namun tempat tersebut belum menerima pasokan air yang memadai untuk proses pengolahan sagunya.
"Diperlukan masih sangat banyak, kita kekurangan air walaupun berada di dekat sumber air, dengan kapasitas pompa ini, airnya tidak mencukupi," ujarnya.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Papua Matheus P Koibur menyebut bahwa pihak berwenang sudah menyiapkan bangunan serta perlengkapan sehingga para petani diharapkan untuk menggunakan dan menjaga fasilitas tersebut dengan baik.
"Hari ini berkat kehadiran instruktur, informasi ekstra yang mereka peroleh dapat digunakan untuk meningkatkan produksi sagu yang tersedia," ujarnya.
Koibur menyebutkan bahwa air merupakan elemen penting dalam mengolah sagu menjadi tepung tapioka. Oleh sebab itu, tim mereka telah mempersiapkan dua tangki khusus bagi para petani. Dia melanjutkan, "Petani lah yang akan menyesuaikan diameter pipa agar aliran air mencukupi untuk proses pengepresan kayu sagu."
Dia menginginkan agar produk olahan dari sagu yang diubah menjadi tepung sagu bisa dibuat dengan mutu terbaik dan nantinya dipromosikan kepada publik secara umum. Dia menambahkan, "Dari tahapan pertama ini, hasilnya lumayan bagus, sebab saat proses penyaringan, serbuk sagunya benar-benar halus tanpa tersisa endapan apa pun."
Pada saat yang sama, Doni Arianto, instruktur dari CV. Made Mulya Asih, menyebutkan bahwa latihan tersebut fokus pada pemeliharaan dan kesehatan mesin.
"Operasi mesin mereka telah mengerti, yang harus kami tegaskan adalah tentang pemeliharaan mesinnya, karena kemungkinan besar mereka hanya tahu cara menggunakan namun belum benar-benar memahami bagaimana merawatnya," jelasnya.
Doni menyebutkan bahwa apabila mesin dirawat dengan baik, dapat digunakan selama sembilan tahun.
"Orang-orang dari wilayah lain sudah sekitar 8 hingga 9 tahun tanpa komplain, namun perlu menggantikan suku cadang, lantaran mesin digunakan secara rutin tiap harinya," terangnya.
Budidaya Sagu
Kepala Kelompok Petani Sagu Eba Stenly Ondi menyebut bahwa area hutan sagu di Desa Sereh mencapai lebih dari 11 hektar.
Kelompok Petani Eba Hekhe yang beranggotakan lima wanita dan 15 pria sudah menanamkan 600 batang bibit sagu mulai Oktober tahun 2024.
Pembibitan tersebut direncanakan akan dilaksanakan di area seluas 10 hektar yang terletak di Kampung Sereh.
"Kami sudah tanam bertahap seluas 2 hektar. Kita akan lanjutkan terus hingga target tercapai," ujarnya.
Stenly menyatakan bahwa di masa depan bukan hanya tentang pembudidayaan pohon sagu, tetapi juga pengembangan budidaya jamur dan ulat sagu. Oleh karena itu, diperlukan adanya rumah hijau (greenhouse) untuk proses penjemuran sagu.
"Maka di masa depan kita berencana membangun rumah-rumah khusus untuk penjemuran sagu, serta mengembangkan pemeliharaan ulat sagu agar area ini dapat dibuka bagi publik termasuk pelajar," ujarnya.
Menurutnya, sagu mempunyai peran yang sangat signifikan dalam kehidupan penduduk desa Sereh. Ia khawatir jika tanaman ini tak dipelihara serta diperbanyak secara bijak, hutan sagunya akan musnah seiring berjalannya waktu. Dia menyatakan bahwa sepuluh hingga dua puluh tahun mendatang, sumber sagu dapat menjadi milik wilayah lain akibat kurang optimalnya pengolahan area tersebut oleh warganya sendiri, disertai pula dengan adanya konversi lahan demi tujuan pembangunana.
"Di tempat ini, jika kita perhatikan, area sekitar Danau Sentani dari Kehiran hingga Kampung Sereh telah berubah menjadi perumahan," jelasnya.
Plt. Sekretaris Dinas Peternakan dan Tanaman Pangan (Disperta) Kabupaten Jayapura Gesang Adji Pudjanadi menyebutkan bahwa Unit Pengolahan Hasil (UPH) merupakan suatu perencanaan yang bagus untuk para petani sagu asli orang Sentani mulai dari hulu sampai
hilir.
"Maka kita perlu mengembangkan kemampuan sumber daya manusianya sehingga mereka dapat melatih anggota keluarga ataupun tetangga sekitar mirip dengan program pelatihan petani kopi yang telah kami adakan sebelumnya di mana dari sepuluh peserta hanya dua orang berhasil namun dampak positifnya mencapai keseluruhan komunitas," ungkapnya.
Pada saat yang sama, kepala Badan Pertanian Provinsi Papua Matheus P Koibur menyebutkan bahwa pemerintah memberikan perhatian terhadap para petani sagu di tingkat provinsi, kota, serta kabupaten melalui fasilitas, pengawasan, bimbingan, dan pemantauan.
"Petani sagu perlu mendapatkan perhatian, staf di provinsi memiliki kewajiban teknis untuk memberikan bimbingan, jika tidak maka kami akan membentuk komunikasi dengan para mitra," ujarnya. (*)
Post a Comment for "Petani Sagu Eba di Jayapyra Diajarkan Penggunaan dan Perawatan Mesin Sagu dengan Praktis dan Efektif"