
NEW YORK, BeritaQ.com - Nilai emas global meningkat saat penutupan selasa (15/4/2025) sesuai waktu lokal atau rabu (16/4/2025) dini hari, didorong oleh ketidakpastian investor mengenai keputusan bea masuk dari amerika serikat (as), serta melemahnya nilai dolar us.
Menurut laporan dari Reuters, harga emas di pasaran spot meningkat 0,6% hingga ke tingkatan 3.230,18 dolar AS per troy ons. Sementara itu, harga emas dalam pasar spot juga telah menyentuh titik puncak historisnya selama sesi dagang hari Senin di posisi 3.245,42 dolar AS per troy ons.
Sementara itu, harga emas berjangka di Bursa New York Comex kemarin tutup mengalami kenaikan sebesar 0,4% mencapai tingkat 3.240,40 dolar AS per troy ounce.
"Pelaku pasar sedang menantikan rilis data ekonomi penting selanjutnya yang dapat memicu pergerakan harga emas, namun tren naik masih terlihat jelas pada grafik. Permintaan aset aman ini belum surut," ungkap Jim Wyckoff, seorang ahli senior dari Kitco Metals.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sudah berpikir tentang pemberian exemption atau pengecualian tariff sebesar 25% yang dikenakan atas produk otomotif impor, khususnya berasal dari beberapa negara seperti Meksiko dan Kanada. Selain itu, Trump juga mengeluarkan exemption bagi beberpa jenis perangkat elektronik spesifik misalkan saja smarthpone dan komputer yang diimpor dari Cina.
Walaupun demikian, pemerintahan Trump bersiap untuk menerapkan bea cukai pada produk impor seperti semikonduktor dan obat-obatan. Saat ini, investor sedang memantau dengan cermat apakah AS akan memberlakukan tarif terhadap barang-barang tersebut.
Trump menyebutkan pada Minggu (13/4/2025) bahwa ia akan merilis tarif baru untuk produk impor semikonduktor dalam minggu mendatang.
Memang benar bahwa emas adalah aset pelindung nilai atau tempat berlindung yang aman selama terjadi ketidakstabilan dan goncangan dalam kondisi ekonomi. Sepanjang tahun 2025, harga emas global telah meningkat sebesar 23% dan berhasil menyentuh beberapa puncak rekornya.
Sebaliknya, kenaikan harga emas ini juga disokong oleh penurunan nilai dolar Amerika Serikat. Indeks dolar AS hampir mencapai titik terendah selama tiga tahun, menjadikan emas lebih bersaing dan menggiurkan untuk pemegang mata uang alternatif.
"Kenaikan harga emas juga sejalan dengan melemahnya dollar AS yang terus berlanjut, yang juga menunjukkan erosi bertahap terhadap status mata uang AS sebagai aset yang aman. Emas kemungkinan akan menjadi alternatif bagi banyak investor dollar AS," tulis Commerzbank dalam sebuah catatan.
Bank Commerzbank menyatakan bahwa prospek kebijakan moneter jangka pendek juga berkontribusi pada penguatan tambahan dalam harga emas.
Pasarnya saat ini menduga bahwa bank sentral Amerika Serikat, yang dikenal sebagai The Federal Reserve (The Fed), akan meneruskan kebijakan pengurangan tingkat suku bungan pada bulan Juni 2025 setelah sementara berakhirnya proses tersebut pada Januari 2025. Pasar juga meyakini adanya penurunan suku bunga sebanyak 100 basis poin dalam tahun ini oleh lembaga tersebut.
Sekarang investor sedang menantikan pernyataan dari Ketua Fed Jerome Powell, yang akan menyampaikan pidatonya pada hari Rabu, guna memperoleh panduan tambahan mengenai arah kebijakan tingkat suku bunga Amerika Serikat.
Kebijakan tingkat suku bunga milik The Fed benar-benar memiliki dampak besar pada fluktuasi harga emas global.
Ketika suku bunga tinggi atau naik, maka emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi tak menarik bagi investor, berbeda dari obligasi dan saham yang memang memberikan imbal hasil.
Sebaliknya, jika tingkat suku bunga berada di posisi yang rendah atau sedang mengalami penurunan, maka return dari jenis-jenis aset investasi lain juga akan turun. Akibatnya, emas jadi pilihan yang lebih menarik untuk para investor.
Post a Comment for "Emas Dunia Menggeliat: Ketidakpastian Tarif Trump Menjadi Pendorong Utama"